21 Agustus, 2011

Bila Takdirmu Dipoligami

Aku tak tahu, apa yang akan kuceritakan. Aku wanita asli solo, meski berdarah keturunan. Suamiku juga berasal dari kota batik itu. Kami pun tinggal, menikah dan menjalani hidup berumah tangga hingga 27 tahun di sana.

Aku menikah di usia 18 tahun, sementara suamiku 22 tahun. Kini, aku telah memasuki 45 tahun, sementara suamiku sudah 48 tahun.Selama ini, kami hidup tentram. Sampai saatnya, aku mulai memasuki masa manopause, dan suamiku ingin menikah lagi. Ia ingin berpoligami. Ingin mencari wanita lain sebagai maduku.

Untuk Ikhwan Yang Hendak Ta’aruf sama Akhwat : Hati hati, Anda Sedang Berurusan Dengan Ciptaan-Nya Yang Paling Perasa; Jangan Lukai Mereka

Bismiillaahirahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
============================
Prolog : Izinkan aku bicara dari hati seorang wanita, yang mungkin bisa mewakili suara saudari-saudariku, para akhwat pada umumnya..
Tulisan ini dibuat untuk saudaraku para ikhwan, sedikit saya berpesan: Jika antum hendak taaruf dengan seorang akhwat, maka HATI-HATI LAH, karena Anda Sedang Berurusan Dengan Ciptaan-Nya Yang Paling Sensitif dan Paling Perasa,.. Jangan Lukai Mereka !
————————————————————————–

Proses ’ta’aruf’ merupakan suatu proses awal menuju proses selanjutnya, yaitu khitbah dan akhirnya sebuah pernikahan. Memang tidak semua sukses sampe tahap itu. Sang Sutradaralah yang mengatur. Semua adalah skenario dan rekayasaNya. Manusia hanya berencana dan ikhtiar, keputusan tetap dalam genggamanNya. Tapi kita manusia juga diberi pilihan. Hidup adalah pilihan. Mau baik atau buruk, mau syurga atau neraka, mau sukses atau gagal, semua adalah pilihan. Namun tetap Allah Yang Maha Menentukan.
Aku ingin titip pesan pada para ikhwan yang sdh memutuskan hendak melontarkan perkataan ’ta’aruf’ pada seorang akhwat:
Bagi para ikhwan, pikirkanlah baik-baik, matang-matang, dan masak-masak sebelum menawarkan sebuah jalinan bernama ta’aruf. Jangan mudah melontarkannya jika dalam hatimu tak ada komitmen dan kesungguhan untuk meneruskannya. Sebelum benar2 terucap kalimat ‘TAARUF’ ini dari bibirmu, TANYAKAN..TANYAKAN SEKALI LAGI PADA HATIMU, benarkah engkau akan melakukan itu dengan segala konsekuensi da tanggungjawabnya..?? Mengertilah keadaan akhwat. Antum tahu, bahwa sifat kaum hawa itu lebih sensitif. Akhwat mudah sekali terbawa perasaan. Disadari atau tidak, diakui atau tidak, akhwat adalah makhluk yang kadang mudah sekali GeEr, suka disanjung, suka diberi pujian apalagi diberi perhatian lebih.
Jadi saat kata ta’aruf atau mungkin khitbah itu keluar dari lisan seorang lelaki baik dan sholih seperti antum, tak ada alasan bagi akhwat untuk menolak. Karena jika akhwat menolak tanpa alasan yang jelas, maka hanya fitnah yang ada. Jadi, tolong tanyakan lagi pada diri antum, apakah kata-kata itu memang keluar dari lubuk hati antum yang terdalam? Apakah antum sudah memohon petunjuk kepada yang Maha Menguasai Hati? Apa antum benar-benar siap (ilmu, iman, mental, fisik, materi, dll) untuk menjalin ikatan suci bernama pernikahan? Sekali lagi, berhati-hatilah dengan kata ta’aruf. Karena ta’aruf adalah gerbang menuju pernikahan. Pernikahan yg suci dan agung, yang saksinya adalah Allah Yang Maha Melihat dan Para Malaikatnya yg mengamini.
Proses ’ta’aruf’ menuju pernikahan memerlukan sebuah rentang waktu tertentu. Bila diibaratkan ta’aruf adalah pintu halaman rumah antum dan pernikahan adalah pintu rumah antum, kemudian timbul pertanyaan, berapa jauhkah jarak pintu gerbang menuju pintu rumah antum? padahal selama perjalanan akan banyak cobaan menghadang. Bunga-bunga indah di halaman rumah antum bisa membuat akhwat terpesona. Kolam ikan yang indah juga membuat akhwat terlena. Ingin sekali akhwat memetiknya, ingin sekali akhwat berlama-lama di sana menikmati keindahan dan kenikmatan yang antum sajikan. Tapi tdk berhak, karena belum mendapat izin dari si empunya rumah.
Akhwat ingin segera mencapai sebuah keberkahan, tapi di tengah jalan antum menyuguhkan keindahan-keindahan yang membuat akhwat lupa akan tujuan semula. Lebih menyakitkan lagi jika antum membuka gerbang itu lebar-lebar dan akhwatpun menyambut panggilan antum dengan hati berbunga-bunga. Tapi setelah akhwat mendekat dan sampai di depan pintu rumah antum, ternyata pintu rumah antum masih tertutup. Bahkan antum tak berniat membukakannya. Saat itulah hati akhwat hancur berkeping-keping.
Setelah semua harapan terangkai, tapi kini semua runtuh tanpa sebuah kepastian. Atau mungkin antum akan membukakannya, tapi kapan? Antum bilang jika saatnya tepat. Lalu antum membiarkan akhwat menunggu di teras rumah antum dengan suguhan yang membuat akhwat kembali terbuai, tanpa ada sebuah kejelasan. Jangan biarkan akhwat berlama-lama di halaman rumah antum jika memang antum tak ingin atau belum siap membukakan pintu untuknya. Akhwat akan segera pulang karena mungkin saja salah alamat. Siapa tahu rumah antum memang bukan tempat berlabuhnya hati mereka. Ada rumah lain yang siap menjadi tempat bernaung mereka dari teriknya matahari dan derasnya hujan di luar sana.
Mereka tak ingin mengkhianati calon suami mereka yang sebenarnya. Di istananya ia menunggu calon bidadarinya. Menata istananya agar tampak indah. Sementara mereka berkunjung dan berlama-lama di istana orang lain.
Akhi, sebelum ijab qobul itu keluar dari lisan antum, cinta adalah cobaan. Cinta itu akan cenderung pada nafsu. Cinta itu akan cenderung untuk mengajak berbuat maksiat . Itu pasti..! Langkah-langkah syetan yang akan menuntunnya. Kita tentunya tdk mau memakai label ‘ta’aruf untuk membungkus suatu kemaksiatan bukan? Hati-hatilah dengan hubungan ta’aruf yang menjelma menjadi TTM (Ta’aruf Tapi Mesra). Tolong hargai akhwat sebagai saudara antum. Akhwat bukan kelinci percobaan. Akhwat punya perasaan yang tidak berhak antum buat ’coba-coba’. Pikirkanlah kembali. Mintalah petunjukNya. Jika antum memang sudah siap dan merasa mantap, segera jemput mereka.
Dan satu lagi yang perlu antum perhatikan adalah bagaimana cara antum menjemput. Tentunya kita menginginkan kata ’berkah’ di awal, di tengah, sampai di ujung pernikahan bukan? Hanya ridho dan keberkahanNya lah yang menjadi tujuan. Pilihlah cara yang tepat dan berkah. Antum sudah merasa mantap pada akhwat itu. Antum yakin seyakin-yakinnya bahwa dialah bidadari yang akan menghias istana antum. Tapi antum tidak menggunakan cara yang tepat untuk menjemputnya. Sama halnya jika antum yakin dan mantap untuk menuju Surabaya. Tapi dari Jakarta antum salah memilih kendaraan, akibatnya antum gak akan pernah sampai ke Surabaya, malah nyasar. Ato kendaraannya sudah bener tapi nggak efektif. Terlalu lama di perjalanan. Masih keliling-keliling dulu. Akhirnya banyak waktu terbuang percuma selama perjalanan. Jadi, antum juga harus memikirkan cara yang baik/ahsan, tepat dan berkah agar bahtera rumah tangga antum berjalan di atas ridho dan keberkahanNya.
Semoga pesan ini bisa menjadi bahan renungan antum, para ikhwan, calon qowwam kami (para akhwat) dalam mengarungi bahtera rumah tangga Islami yang akan melahirkan generasi penyeru dan pembela agama ALLAH. Akhirnya aku minta maaf, afwan jiddan bila dalam pesan ini ada hal-hal yg kurang baik dan benar..
Akhi, dengarkanlah jerit hati para akhwat ini:
“Aku bukanlah seorang gadis muslimah yang cerewet dalam memilih pasangan hidup. Siapalah diriku ini berani untuk memilih permata sedangkan aku hanyalah sebutir pasir yang wujud di mana-mana.
Tetapi aku juga punya keinginan seperti wanita solehah yang lain, dilamar lelaki yang bakal dinobatkan sebagai ahli syurga, memimpinku ke arah tujuan yang satu..yaitu Ridho Allah Subhanahu WaTa’ala.
Tidak perlu kau memiliki wajah setampan Nabi Yusuf Alaihisalam, juga harta seluas perbendaharaan Nabi Sulaiman Alaihisalam, atau kekuasaan seluas kerajaan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, yang mampu mendebarkan hati jutaan gadis untuk membuat aku terpikat.
Andainya kaulah jodohku yang tertulis di Lauh Mahfuz, Allah pasti akan menanamkan rasa kasih dalam hatiku juga hatimu. Itu janji Allah. Akan tetapi, selagi kita tidak diikat dengan ikatan yang sah, selagi itubelum ada ikatan yg kuat dan halal, jangan dimubazirkan perasaan itu karena kita masih tidak mempunyai hak untuk begitu. Juga jangan melampaui batas yang telah Allah tetapkan. Aku takut perbuatan-perbuatan seperti itu akan memberi kesan yang tidak baik dalam kehidupan kita kelak.
Permintaanku tidak banyak. Cukuplah engkau menyerahkan seluruh dirimu pada mencari ridha Illahi. Aku akan merasa amat bernilai andai dapat menjadi tiang penyangga ataupun sandaran perjuanganmu. Bahkan aku amat bersyukur pada Illahi kiranya akulah yang ditakdirkan meniup semangat juangmu, mengulurkan tanganku untukmu berpaut sewaktu rebah atau tersungkur di medan yang dijanjikan Allah dengan kemenangan atau syahid itu. Akan kukeringkan darah dari lukamu dengan tanganku sendiri. Itu impianku.
Aku pasti berendam airmata darah, andainya engkau menyerahkan seluruh cintamu kepadaku. Cukuplah kau mencintai Allah dengan sepenuh hatimu karena dengan mencintai Allah, kau akan mencintaiku karena-Nya. Cinta itu lebih abadi daripada cinta biasa. Moga cinta itu juga yang akan mempertemukan kita kembali di syurga….” Aamiin ya Rabbal Alamiin.

ATAS NAMA TAARUF
MUNGKIN SALAH SEORANG IKHWAN AKAN BERTANYA…” Mengapa wanita begitu selektif memilih orang yang akan taaruf..”
maka..akhwat akan menjawab:
suami kami nanti kelak akan menjadi pemimpin kami…
akan kami layani kebutuhannya….
akan kami tunggu kehadirannya…
akan kami berikan jiwa kami…raga kami….
bagaimana mungkin kami lalai dalam memilih calon suami…meski hanya dalam rangka taaruf…??
suami kami nanti akan menjadi pembimbing agama kami…penjaga kami…pelindung kami…
bagaimana mungkin kami akan gegabah dalam menentukan pilihan…meski hanya sebatas tukaran biodata..??
mentaati suami kami adalah salah satu jalan kami ke surga…
ketaatan pada suami adalah lambang keshalehan kami….
bagaimana mungkin kami akan cepat memutuskan siapa pilihan kami meski hanya sebatas kata…”baik saya setuju…taarufan…”
ya akhi….saudaraku…para ikhwan….
JANGAN TAWARKAN KEISENGAN ATAS NAMA TAARUF PADA KAMI…!!!!!
KETAHUILAH…KAMI ADALAH WANITA YANG BERBEDA…!!!!!
Akhwat yang mengajukan gugatan ta’aruf…
Tatkala seorang Akhwat susah mencari jodoh atau saat di Tolak ikhwan…
Tatkala Akhwat taarufnya di tolak ikhwan, buang jauh-jauh rasa kecewa, harus siap menerima dengan keikhlasan, kesabaran, qana’ah, beriman dengan qadha Dan Qadharnya Allah..
Ikhwan yang mengajukan gugatan ta’aruf…
Tatkala seorang Ikhwan susah mencari jodoh atau saat di Tolak Akhwat …
Tatkala Ikhwan di tolak Akhwat, buang jauh-jauh rasa kecewa, harus siap menerima dengan keikhlasan, kesabaran, qana’ah Dan beriman dengan qadha Dan Qadharnya Allah..
Kedua fenomena itu banyak terjadi Dan akan selalu terjadi, kita harus bijak menanggapi, kita harus mencari ilmu yang mesti dipelajari.
Yang celaka Adalah hamba penampilan, hamba bangsawan, hamba dinar …
Yang selamat Adalah hamba Allah yang mengutamakan Tauhid Dalam hidupnya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
Katakanlah: “Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik.”
Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Qs. Al Anaam 161-162)
——————————————
Semoga bermanfaat


Taken From THIS SITE

Ku Potret Rindu Yang Bertunas

Harus jujur kuakui, sulit bagiku tuk definisikan kata rindu. Namun kuserahkan saja jemariku menari untuk menyulam beberapa kalimat agar mengungkapkan apa yang kuketahui tentang rindu itu sendiri.

Siapapun berhak memberikan pandangan tentang rindu. Aku berpikir, kata rindu itu sendiri bersifat umum. Dan akan benar-benar bermakna serta bersifat khusus sekiranya disertai obyek yang dirindu. Obyek tersebut bisa nyata ataupun abstrak tergantung subyek atau sosok yang sedang merindu.

Tak salah pula sekiranya kututurkan bahwa rindu adalah sebuah kata kerja bagi hati. Ia bukanlah kata kerja bagi anggota badan yang walaupun anggota badan kerap kali tergerak untuk melakukan sesuatu sebagai respon dari rindu itu sendiri..

Rasanya sulit jua bagiku memandang rindu sebagai sebuah “penyakit”. Namun begitu, tak mudah pula kupandang rindu sebagai reaksi jiwa yang “sehat”. Bagaimana tak kuucap demikian, cobalah engkau rasakan atau bisa jadi detik ini sedang engkau rasakan letupan-letupan rindu yang bergejolak.

Percikan Rindu Di Sudut Hati..

Awalnya, rindu mungkin masih tak “liar” dan sedang terlelap nyenyak di sudut ruang hati. Seiring detik berdetak, pemiliknya sering tak tersadar, angin sejuk dari manakah yang jadikan rindu itu terbangun. Tak pula diketahui, mimpi manakah yang jadikan rindu itu tiba-tiba terjaga.

Seiring waktu pula, rindu semakin bereaksi dan “mengamuk” serta berkecamuk hebat di hati. Pada saat yang sama, terbisiklah telinga untuk segera mendengar hal-hal yang rindu inginkan. Tersapalah lidah untuk berbicara. Terayulah mata untuk memandang. Tergodalah jiwa tuk rasakan hal-hal yang ingin dikenang.


Obati Rindu. .
Saat-saat seperti itulah kukatakan rindu sebagai “penyakit”. Walau tak bersifat medis, ia pula terkadang timbulkan gejala-gejala lain yang menyebabkan si empunya terbaring sakit. Karena itu, sudah seharusnya rindu itu diobati. Dan hanya perjumpaanlah yang menjadi penawar sekaligus obat utamanya.


Potret-potret Rindu
Ada banyak potret-potret kerinduan yang bertaburan dalam kehidupan. Siapa yang tak pernah merindu, bisa dipastikan tak ada cinta yang ia semburatkan karena rindu tumbuh seiring suburnya tunas-tunas cinta.

***
Dulu, ketika engkau bayi dan ditinggal sebentar sang ibu, tangisanmu langsung meledak dan serpihannya menusuk hati sang ibu. Terkumpul bermacam rindu darimu untuk ibu. Kau rindukan air susunya. Kau rindukan pelukan hangatnya. Kau rindukan suaranya. Kau rindukan belaian sayangnya.

Begitu pun sang ibu, pada saat yang sama, ia rindukan imut wajahmu. Ia rindukan candaanmu. Ia rindukan segalanya yang ada padamu.

***
Mari sejenak intip sang ayah yang sedang bekerja seharian di luar rumah. Di tengah fokusnya menyelesaikan tugas, rindu pun datang bertandang. Ia rindukan anak dan istri di rumah. Ia rindukan canda si kecil di beranda. Ia rindukan sentuhan lembut kekasih hati. Ia rindukan racikan masakan kesukaan yang selalu terhidang. Hati begitu ingin cepat pulang.


***
Seorang wanita pun begitu sensitif disapa oleh rindu. Karena tak tundukan pandangan atau tak menjaga etika syari bermu’amalah, wajah seorang laki-laki pun berhasil terekam melalui mata kemudian ditransfer dan tersimpan dalam pikirannya. Lelaki itu miliki titik-titik pesona dan mampu ditangkap sang wanita.

Itulah yang menjadikan sang wanita terbalut rindu penuh harap dalam alam lamunannya. rindu menjadikan telaga air matanya bergelombang riuh hingga terbulir bening bak kristal menyusuri pipi.


***
Terlebih lagi bagi mereka baik laki-laki maupun wanita yang diberikan hidayah oleh Allah untuk lepas dari hubungan tak jelas dan haram yang bernama pacaran. Datanglah rindu mencandai dua insan itu. Mereka kenang masa-masa “indah” yang telah berlalu. Syaitan pun beraksi untuk mengikis hidayah yang telah mereka raih. Ujung-ujungnya, kembali mereka jalin jalinan hingga dosa-dosa maksiat kembali tertabung.


***
Dan beberapa hari lagi, salah satu kerinduan orang-orang beriman akan terobati dengan datangnya bulan Ramadhan. Tamu agung yang dinanti-nanti. Di bulan itulah orang-orang beriman menabung limpahan pahala dengan memperbaiki kualitas dan kuantitas amal. Mendekati hari pertama puasa, rindu mereka memuncak. Sebelas bulan sudah berlalu dan pada saat itu mereka rindukan nikmatnya beribadah, mereka rindukan suasana berbuka puasa, mereka rindukan suasana sahur penuh berkah, dan pula, mereka rindukan tetesan-tetesan air mata kala berdoa dan bersujud di hadapan ar-rahman. ..

Taken From  THIS SITE

Kisah Wanita Penghuni Surga | Radio Rodja 756AM

Kisah Wanita Penghuni Surga | Radio Rodja 756AM

Penjelasan Bahayanya Menyampaikan Hadits Dhaif Oleh Selain Muhaddits | Radio Rodja 756AM

Penjelasan Bahayanya Menyampaikan Hadits Dhaif Oleh Selain Muhaddits | Radio Rodja 756AM

Bersamamu Aku Tak Ingin Terluka...

Sepertinya pena kami tak akan jemu menulis hal-hal yang berkaitan dengan kaum kalian, wahai wanita. Kami harap kalian pun tak akan jemu menelusuri kalimat-kalimat kami. Dengan apa yang akan kami bicarakan, kami tak berharap agar kalian menjadi sosok yang sempurna. Tetapi, dengan anugerah Allah yang ada pada kalian, kami begitu ingin agar kalian mendekati kesempurnaan itu.
>>Malam Itu
Pernah suatu malam, kami menghadiri acara makan malam sebuah keluarga. Makanan istimewa tengah terhidang di meja makan. Ini adalah suasana penuh kehangatan dan canda.
Tiba-tiba seorang wanita berteriak memarahi seorang laki-laki yang merupakan suaminya. Suara wanita itu bernada tinggi dan lebih tepatnya disebut sebagai bentakan. Hanya karena  kekeliruan yang amat sepele, wanita itu mempermalukan dan mencaci suaminya habis-habisan.
Begitu kasihan sang suami. Di hadapan kami sebagai tamu, ia mendapat “menu istimewa”. Bukan panah asmara yang tertancap lembut di hatinya tetapi sebuah tusukan jarum panas, tajam nan pedas. Oleh sang istri, bukan sekali atau dua kali ia dipermalukan tapi begitu sering.
Walaupun episode pernikahan kami belum menapaki jenjang pernikahan, kami bisa merasakan sakitnya hati yang tersayat lisan-lisan berduri tajam seperti itu. Ah, bagitu sedih terasa.
Inikah yang dinamakan kesetiaan cinta seorang istri?
Inikah yang dinamakan ketaatan kepada suami?
Dimanakah dawai-dawai cinta yang terdengar syahdu di awal-awal pernikahan itu?
Wahai wanita, kenapa lisan-lisan kalian kerap kali menjelma menjadi silet tajam yang mengiris dan mencabik hati?
Wanita manakah yang kalian teladani dalam adegan seperti ini?
Apakah kalian meneladani Khadijah bintu Khuwailid? Oh tidak, tidak. Khadijah tidaklah seperti itu. Dia adalah wanita teladan sepanjang masa yang mencontohkan ketaatan yang luar biasa apiknya. Dia adalah wanita yang menjadi sandaran hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan bukan wanita yang menyayatkan hati.
Apakah kalian meneladani istri Ayyub ‘alaihissalam? Oh tidak, tidak. Istri Ayyub ‘alaihissalam tidaklah seperti itu. Seperti Ayyub ‘alaihissalam, dia adalah salah satu lambang wanita penyabar yang begitu mengesankan hati, bukan mengirisnya. Bertahun-tahun, ia menemani Ayyub ‘alaihissalam melewati episode-episode penuh ujian.
>>Sinetron yang Tertuduh
Nampaknya sinetron adalah salah satu tertuduh utama yang menjadikan kalian berlidah tajam. Artis-artis wanita yang melakoni sejuta dusta kerapkali “meneladankan” wanita-wanita yang bermulut kasar, mencaci-maki suami mereka sepuas-puasnya, terlebih di depan anak-anak. Apa yang diharapkan dari adegan buruk itu?
>>Dialah Pangeranmu
Lihatlah lelaki yang merupakan suami kalian itu. Ia tak bisa terlelap sebelum kalian nyenyak di malam hari. Ia keluar rumah dengan semangat untuk melawan asa hidup. Ia mencari nafkah dan berterik mentari di arena kehidupan.
Dahulu, bukankah ia yang engkau damba menjadi pangeran di istana hatimu?
Dengan kejantanannya, bukankah ia yang datang melamarmu agar engkau terselamatkan dari zina?
Bukankah dia yang menyuapimu nasi dengan tangannya?
Bukankah dia yang mencumbumu dengan mesra nan penuh kasih?
Lantas kenapa mulut-mulut kalian begitu mudahnya menyemburkan lisan api yang membakar hatinya?
Kenapa lisan kalian begitu semena-menanya menancapkan busur-busur tajam yang mengetuk pintu air matanya?
>>Dengarlah Tangisannya
Tahukah engkau wahai wanita, tangisan itu ada dan lelaki tetaplah sosok berperasa. Hanya saja, ia lebih berani untuk tidak membulirkan air matanya di hadapan kalian. Kerapkali tetesan bening itu tersembunyi di balik raut mukanya. Kerapkali, air mata itu tertumpah di sepertiga malam terakhir saat sujud di hadapan ar-rahman. Tak jarang pula air matanya menjelma menjadi keringat yang membasahi pakaiannya saat berterik mentari demi mencari rizki Allah. Itu semuanya demi kebahagiaan kalian.
>>Retak-retak Rumah Tangga
Wahai wanita yang kami muliakan. Begitu sering terdengar bahwa lidah itu tak bertulang. Begitu sering terbaca bahwa wanita tidak dibenarkan menyakiti hati suaminya. Lantas apa yang membuat kalian bicara dengan begitu kasarnya, ceplas-ceplos, seolah-olah kalianlah sang raja, seolah-olah kalianlah kepala rumah tangga?
Lihatlah di luar sana, lisan-lisan kalian telah menghacurkan biduk rumah tangga, melubangi bahtera cinta hingga kandas tak sampai tujuan. Betapa banyak kasus perceraian di era modern ini yang bermoduskan ketajaman lisan kalian.
>>Ungkapan dan Nasehat
Ukhti yang kami muliakan, tidak ada teladan kalian yang lebih mendekatkan kalian ke surga Allah selain mereka yang mengadegankan sejuta kebaikan. Merekalah wanita-wanita yang telah dikisahkan tinta-tinta sejarah. Temui dan teladanilah mereka yang ada dalam kitab/buku-buku yang banyak membicarakan tentang mereka. Dan kami pun sedang menyusun naskah buku khusus kalian.
Ukhti, olehmu, biasakanlah berdzikir pagi dan sore seperti apa yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ada banyak manfaat. Salah satunya agar kalian tak berlidah tajam, membiasakan kalian agar meluncurkan kata-kata yang terdengar apik oleh telinga.
Tahanlah lisan kalian agar tak berduri hingga menusuk siapapun yang mendengarnya, terlebih di hadapan suami kalian yang merupakan jejak-jejak menuju surga.
Ukhtii…
Menutup catatan ini, jujur kami akui, sebagai calon nahkoda dalam bahtera pernikahan, kami akan berpikir seratus kali untuk mengajak wanita berlidah tajam sebagai permaisuri hati. Kelak, kami tak ingin bahtera itu kandas dan tenggelam sebelum berlabuh syahdu di surga. Kami tak ingin mengambil resiko dengan menikahi wanita tipe ini.
Akankah anak-anak kami mewarisi lisan tajam ibunya? Tidak, tidak, karena “bersamamu, aku tak ingin terluka.”
***
Allahu a’lam wa subhanaka allahumma wa bihamdika asyhadu alla ila ha illa anta asytaghfiruka wa atuubu ilaika.
Abdullah Akiera Van As-samawiey
Selesai ditulis saat adzan-adzan berkumandang di Pulau Seribu Masjid. Sabtu, 19.55 WITA.
Mataram, 15 Rabiul Awwal 1432 H (19 February 2011 M).


Taken From THIS SITE

Karena Ku Tahu, Agamaku Hanya Akan Sempurna Bersamamu

Oleh : Annisa Azka Abiyyah

Bismillaah…

Mengajak untuk menanti jodoh dengan sabar
Karena ku tahu, agamaku hanya akan sempurna bersamamu…
Tapi, masih tetap sempurnahkah agamaku, jika tak ada lagi ketaqwaan disana?
Cinta, siapa di dunia ini yang tak pernah merasakannya?
Kami pernah…
Kami yakin dia juga pernah…
Kau juga pernah…
Merekapun juga pernah…
:: Inilah Cinta ::
Begitu banyak defenisi tentang cinta. Tidak ingin mengajarimu tentang pengertian cinta. Terserah, seperti apa ingin kau defenisikan cinta.Karena, kami sendiripun  tidak dapat mendefenisikannya, hanya dapat merasakan…
Ketika kami dapati sepasang suami istri, pada pusat pembelanjaan. Membawa tiga orang anak-anaknya yang begitu lucu. Senang dengan cara orang tuanya yang menutup tubuh anak-anaknya  dengan pakaian yang begitu syar’i. Kagum. Kamipun ingin cinta seperti itu…
Atau ketika mendengar cerita tentang kegigihan sepasang suami istri dalam mempertahankan cinta murninya yang berlandaskan kecintaan pada Allah, keimanan yang begitu besar. Maka kami juga ingin cinta seperti itu…
Kami ingin, dan selalu ingin. Bahkan mungkin tak perlu kau tanya lagi seberapa besar keinginan kami…
Kami mengakui kami ini lemah. Sebesar apa kekuatan kami tanpa seorang imam?
Ketika dunia kadang memojokkan kami, dengan segala alasan menentang keberadaan kami. Mencari-cari alasan apa saja yang bisa. Sebentang kain yang kami pakai karena mematuhi perintah Allah, bisa dijadikan lelucon bagi mereka. Belum lagi, masalah sepele kaos kaki hitam ini, itu pun bisa dijadikan lelocon mereka. Kadang dengan hal sepele ini saja, datang rasa rindu kami pada seorang imam…
Menanti lagi dengan penuh harap. Kapan dia datang.
:: Keterpojokan Itu Mulai Datang ::
Ketika dalam suatu acara keluarga, mereka para sepupu yang datang dan mengenalkan “kekasihnya” pada keluarga. Ternyata malah kami yang banyak mendapat pertanyaan, “kapan mau mengenalkan  kekasihmu pada keluarga?”
Atau ketika dalam suatu acara keluarga lagi. Ada kesenjangan cinta antara dua orang tadi. Kamipun dijadikan tempat argumentasi mereka lagi, ”makanya kenali dulu sifatnya benar-benar sebelum menikah, biar tidak menyesal nantinya”
Apakah bagi mereka waktu selama itu tidak cukup untuk saling mengenal? Bertahun- tahun. Tapi tidak mendapatkan hasil.
Pernah juga kami dapati seseorang berkata seperti ini pada kami, “jangan banyak memilih, nanti malah tidak ada yang jadi sama sekali”.
Benarkah argumentasi seperti itu?
Kami ingin membantahnya. Bukankah nasehat itu sudah jelas?
Kita hanya dilarang menolak seseorang yang datang dengan keimanan.
:: Tapi Kadang Harapan Itupun Juga Berguguran ::
Suatu kisah yang begitu menyayat hati. Ketika pada suatu saat kami dapati seorang istri yang begitu serius menceritakan aib suaminya pada wanita-wanita lain. Bahkan menjadikannya sebagai suatu gurauan yang perlu dijadikan tertawaan yang begitu lucu. Astaghfirullah begitu miris melihatnya. Menjatuhkan derajat suami sendiri dihadapan orang lain. Entah apa yang ada dipikirannya.
Atau ketika kami melihat seorang istri yang sedang memarahi suaminya.
Astaghfirullah, suaranya begitu lantang. Memecahkan kesunyian. Memarahi suami tanpa ada rasa hormat sama sekali. Bahkan tega ketika semua orang harus mengetahui kesalahan suaminya itu. Dengan kata-kata yang kasar pula, padahal sang suami hanya diam saja.
Ada pula sepasang suami istri yang berantem tanpa memperdulikan tetangga-tetangganya. Teriak sana teriak sini, melontarkan kata-kata yang tak semestinya, bukan melontarkan kata-kata orang yang sedang jatuh cinta.
Allahul Musta’an…
Inikah pernikahan?
Inikah yang kau nanti-nanti itu?
Kenapa cinta yang awalnya begitu manis, menjadi pahit seperti itu?
Ukhti…, disinilah saatnya kita memahami. Mungkin inilah alasan mengapa Allah sampai saat ini belum mempertemukan engkau dengan seseorang yang kau nanti.
Allah menginginkan engkau menjadi wanita yang paling sholehah di kehidupan suamimu kelak.
Allah memberikan waktu kepadamu sebelum kau menemukan jodohmu untuk mempelajari hak dan kewajiban yang mesti kau pahami.
Lalu, bukankah ini semua nikmat..?
Mari belajar dari Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwalid.  Belajar dari ketaatannya pada suami. Belajar tentang bagaimana seorang istri mulia yang begitu percaya pada suaminya. Belajar dari sikap lemah lembutnya, sehingga sang suamipun bisa tenang berada di dekatnya.
Belajar pula pada Fatimah binti Muhammad. Dia rela hidup dalam kefakiran untuk mengecap manisnya iman bersama ayah dan suaminya tercinta.  Dia korbankan segala apa yang dimilikinya demi membantu menegakkan agama suaminya. Wanita yang penyabar, taat beragama, baik perangainya, cepat merasa puas dan selalu  bersyukur pada apa yang dimiliknya.
Atau Maryam binti Imran. Merupakan lambang wanita yang menjaga kehormatnan dirinya dan taat beribadah kepada Rabbnya. Beliau rela mengorbankan masa remajanya untuk bermunajat mendekatkan diri kepada Allah, sehingga Allah memberinya hadiah istimewa seorang Nabi dari rahimnya tanpa bapak.
Lalu pada Asiyah binti Muzahim. Betapa besar pun kecintaan dan kepatuhannya pada suami,ternyata dihatinya masih tersedia tempat tinggi yang dia isi dengan cinta sepenuh pada Allah dan Rasul-Nya.  Syurga menjadi tujuan akhirnya.
Atau pada wanita-wanita mulia lainnya.
Semua ini bukan hanya nasehat bagi wanita-wanita yang belum mengetahui tentang ilmu berumah tangga. Karena kadang, wanita yang sudah pahampun, masih suka melakukan sifat “kufur” pada suami.
“Saya melihat kebanyakan penghuni neraka adalah kaum wanita.” Para sahabat bertanya, “Mengapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Mereka mengingkari keluarga dan kebaikan-kebaikan suami. Jika sekiranya engkau berbuat baik kepadanya, lalu ia melihat sedikit kekurangan darimu, maka ia berkata: ‘Saya tidak melihat suatu kebaikan darimu sama sekali’.” (HR. Al-Bukhari no. 29 dan Muslim no. 907)
Wahai saudariku, pahamilah apalagi yang kau cari…
“Jika seorang wanita menjaga shalat lima waktu, berpuasa pada bulannya, menjaga kehormatannya dan menaati suaminya, niscaya dia masuk surga dari pintu mana saja yang dia inginkan.”(HR. Ahmad)
Kami berharap, kita sama-sama dapat mengintropeksi diri. Menanti dengan sabar seseorang yang begitu baik agamanya dengan cara memperbaiki agama kita terlebih dahulu. Sibukkan diri dengan menuntut ilmu.
Maka, sampai saatnya kita menutup mata nanti , menutup mata dengan keridhaan suami pada kita.
Apalagi yang kita cari?
Bahkan surgapun menunggu kita untuk menjadi bidadari di dalamnya
 
Taken From THIS SITE

Ketahuilah Olehmu : "Aku Hanya Wanita Biasa..."

Kepadamu yang akan menjadi pendampingku kelak..
Terimakasih karena telah memilihku di antara ribuan bidadari di luar sana yang siap untuk kau pilih..
Padahal kau begitu tahu, aku hanya wanita biasa, yang sangat jauh dari sempurna.
Karenanya ku ingin kau tahu, aku bukan wanita yang sempurna, aku begitu banyak kekurangan. Maka ketahuilah..
Kepadamu yang akan memilihku kelak..
Aku tak sebijak bunda Khadijah..
Karenanya ku ingin kau tahu, aku bisa saja berbuat salah dan begitu menyebalkan.
Maka ku mohon padamu, bijaklah dalam menghadapiku, jangan marah padaku, nasihati aku dengan hikmah, karena bagiku kaulah pemimpinku, tak akan berani ku membangkang padamu..
Duhai kau yang telah memilihku kelak..
Ingatlah, tak selamanya aku dapat tampak cantik di matamu, ada kalanya aku akan begitu kusam dan jelek.
Mungkin karena aku begitu sibuk berjibaku di dapur, menyiapkan makan untuk kau dan malaikat-malaikat kita nanti -insya’Allah-.
Maka aku akan tampak kotor dan berbau asap.
Atau karena seharian ku harus membenahi istana kecil kita, agar kau dan malaikat kita dapat tinggal dengan nyaman dan sehat.
Maka mungkin aku tak sempat berdandan untuk menyambutmu sepulang bekerja..
Ataukah kau akan menemukanku terkantuk-kantuk saat mendengar keluhan dan ceritamu, bukan karena aku tak suka menjadi tempatmu menumpahkan segala rasamu, tapi karena semalam saat kau tertidur dengan nyenyak, aku tak sedetikpun tertidur karena harus menjaga malaikat kecil kita yang sedang rewel, dan ku tau kau letih mengais rezeki untuk kami maka tak ingin ku mengusik sedikit pun lelapmu..
Jadi jika esok pagi kau mendapatiku begitu letih dan ada lingkaran hitam di mataku, maka tetaplah tersenyum padaku, karena kau adalah kekuatanku..
Padamu yang menjadi nahkoda dalam hidupku kelak..
Ketahuilah, aku tak sesabar Fatimah,
Ada kalanya kau akan menemukanku begitu marah, menangis dan tak terkontrol, bukan karena ku membangkang padamu, tapi aku hanya wanita biasa, aku juga butuh tempat untuk menumpahkan beban di hatiku, tempat untuk melepaskan penatku, dan mungkin saat itu aku tak menemukanmu, atau kau begitu sibuk dengan pekerjaanmu..
Maka bersabarlah, yang ku butuhkan hanya pelukan dan belaianmu..
Karena bagiku kau adalah tetesan embun yang mampu memadamkan segala resahku..
Ataukah ada kalanya tanganku akan mencubit dan memukul pelan si kecil karena lelah dan penatku di tambh rengekannya yang tak habis-habisnya.
Sungguh bukan karena ku ingin menyakitinya, tapi kadang aku kehabisan cara untuk menenangkan hatinya..
Maka jangan membentakku karena telah menyakiti buah hati kita, tapi cukup kau usap kepalaku, dan bisikkan kata sayang di telingaku, karena dengan itu ku tau kau selalu menghargai semua yang ku lakukan untuk kalian, dan kau akan menemukanku menangis menyesali perlakuanku pada malaikat kita, dan aku akan merasakan ribuan kali rasa sakit dari cubitan yang ku berikan padanya, dan aku akan berjanji tak akan mengulanginya lagi..
Padamu yang menjadi imam dalam hidupku kelak..
Ketahuilah, aku tak secerdas Aisyah..
Maka jangan pernah bosan mengajariku, membimbingku ke arah-Nya, walau kadang aku begitu bebal dan bodoh, tapi jangan pernah letih mengajariku..
Jangan segan membangunkanku di sepertiga malam untuk bersamamu bermunajat pada Kekasih yang Maha Kasih..
Jangan letih mengingatkanku untuk terus bersamamu mendulang pahala dalam amalan-amalan sunnah..
Bimbing tanganku ke Jannah-Nya, agar kau dan aku tetap bersatu di dalamnya..
Padamu yang menjadi kekasih hati dan teman dalam hidupku..
Seiring berjalannya waktu, kau akan menemukan rambutku yang dulu hitam legam dan indah, akan menipis dan memutih.
Kulitku yang bersih akan mulai keriput. Tanganku yang halus akan menjadi kasar.. Dan kau tak akan menemukanku sebagai wanita cantik, yang kau khitbah puluhan tahun yang lalu.. Bukan wanita muda yang selalu menyenangkan matamu..
Maka jangan pernah berpaling dariku.. Karena satu yang tak pernah berubah, bahkan sejak dulu akan terus bertambah dan kian membuncah, yaitu rasa cintaku padamu..
Ketahuilah.. Tiap harinya, tiap jam, menit dan detiknya, telah aku lewati dengan selalu jatuh cinta padamu..
Maka, cintailah aku, dengan apa adanya aku..
Jangan berharap aku menjadi wanita sempurna..
Maafkan aku karena aku bukan putri..
Aku hanya wanita biasa..

Taken From THIS SITE

20 Agustus, 2011

Cinta Istri Tanpa Syarat

Eko Pratomo Suyatno, siapa yang tidak kenal lelaki bersahaja ini? Namanya sering muncul di koran, televisi, di buku-buku investasi dan keuangan. Dialah salah seorang dibalik kemajuan industri reksadana di Indonesia dan juga seorang pemimpin dari sebuah perusahaan investasi reksadana besar di negeri ini.

Dalam posisinya seperti sekarang ini, boleh... jadi kita beranggapan bahwa pria ini pasti super sibuk dengan segudang jadwal padat. Tapi dalam note ini saya tidak akan menyoroti kesuksesan beliau sebagai eksekutif. Namun, ada sisi kesehariannya yang luar biasa!!!!

Usianya sudah tidak muda lagi, 60 tahun. Orang bilang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, tapi Pak Suyatno masih bersemangat merawat istrinya yang sedang sakit. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Dikaruniai 4 orang anak.

Dari isinilah awal cobaan itu menerpa, saat istrinya melahirkan anak yang ke empat. tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari sebelum berangkat kerja Pak Suyatno sendirian memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi dan mengangkat istrinya ke tempat tidur. Dia letakkan istrinya di depan TV agar istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya sudah tidak dapat bicara tapi selalu terlihat senyum. Untunglah tempat berkantor Pak Suyatno tidak terlalu jauh dari kediamannya, sehingga siang hari dapat pulang untuk menyuapi istrinya makan siang.

Sorenya adalah jadwal memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian.

Walaupun istrinya hanya bisa menanggapi lewat tatapan matanya, namun begitu bagi Pak Suyatno sudah cukup menyenangkan. Bahkan terkadang diselingi dengan menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan penuh kesabaran dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka. Sekarang anak- anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari…saat seluruh anaknya berkumpul di rumah menjenguk ibunya– karena setelah anak-anak mereka menikah dan tinggal bersama keluarga masing-masing- – Pak Suyatno memutuskan dirinyalah yang merawat ibu mereka karena yang dia inginkan hanya satu ‘agar semua anaknya dapat berhasil’.

Dengan kalimat yang cukup hati-hati, anak yang sulung berkata:

    “Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak……bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu.” Sambil air mata si sulung berlinang.

“Sudah keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini, kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”. Si Sulung melanjutkan permohonannya.

    ”Anak-anakku. ..Jikalau perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi, tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian….

    *sejenak kerongkongannya tersekat*…

    kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini ?? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya seperti sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit.”

    Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anaknya.

Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno, merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata Ibu Suyatno..dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu.

Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa-apa….disaat itulah meledak tangisnya dengan tamu yang hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru.

Disitulah Pak Suyatno bercerita :

    “Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian itu adalah kesia-siaan.

    Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 anak yang lucu-lucu..

    Sekarang saat dia sakit karena berkorban untuk cinta kami bersama…

    dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit…” Sambil menangis.

    ” Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya hanya dapat bercerita kepada Allah di atas sajadah..dan saya yakin hanya kepada Allah saya percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya…”BAHWA CINTA SAYA KEPADA ISTRI, SAYA SERAHKAN SEPENUHNYA KEPADA ALLAH”.

COPAS dari sebuah forum..

Surat Teruntuk Kawan-Kawan Yang Kokoh Menjaga Hijabnya.

Bismillah..

Jakarta, Maret 2009

Dulu aku pernah berpikir, betapa kuno dan tidak menariknya kalian..
Dengan hijab lebar yang menurutku lebih mirip taplak meja, pakaian gombrong seperti karung goni ditambah rok panjang yang hampir mirip dengan kain pel yang menjuntai-juntai ke tanah.
Plus wajah kalian yang polos pucat (yang kusebut seperti mayat) tanpa make up dan tidak berparfum membuatku heran karena aku setiap hari menggunakan parfum Anna Sui dan Issey Miyake supaya wangi nan segar sepanjang hari.
Bagaimana bisa kalian menarik perhatian lelaki dengan ala kadarnya seperti itu.
Tidak tahukah kalian bahwa laki-laki amat suka dengan perempuan yang cantik dan menarik?
Dan apakah dengan cara berpakaian kalian seperti itu kalian dapat menarik perhatian laki-laki yang ganteng, kaya, dan memiliki segalanya?
Dulu aku berpikir, betapa membosankannya kehidupan kalian..
Setiap hari berkutat dengan sholat 5 waktu..Pagi, siang, sore, menjelang malam, malam...
bahkan ditambah bangun tengah malam untuk sholat malam plus dzikir dan menghafal ayat Al-Quran...
Tidak ada waktu gaul, tidak ada waktu hangout, tidak ada waktu bersenang-senang..
tentu saja kegiatan seperti itu amat membosankan kan? Berbeda denganku yang tiap hari diisi dengan ke salon, hangout, dugem, ke acara konser musik, plesir dan jalan-jalan ke mall sekedar untuk shopping dan cuci mata...memperluas pergaulan..
Lagi-lagi dulu aku juga berpikir, kok ada ya perempuan yang rela sepanjang hidupnya tidak menikmati samasekali kemewahan dan gemerlapnya dunia?
Heloo.....kita hidup cuma sekali loh...emang kalian gak terbersit keinginan untuk bersenang-senang sedikit? entah paling tidak tahu lah bagaimana indahnya dunia itu...ada uang, ada popularitas, ada kekuasaan...
Dengan uang, kalian bisa membeli apa yang kalian inginkan..mulai dari emas, baju, peralatan make up, bahkan mobil, rumah??
Dengan Popularitas kalian akan dielu-elukan banyak orang...banyak FANS! coba bayangkan, kan menyenangkan kalau kalian terkenal dimana-mana...foto kalian dipajang orang banyak...disalamin orang...dimintai foto bareng..
Dengan kekuasaan kalian juga dengan mudah mengatur segalanya..gak ada tuh yang namanya rumah digusur, atau masuk penjara..dengan kekuasaan kalian dengan mudah mengatur semuanya...tinggal menjentikkan jari...seperti layaknya raja..
Bukannya itu menyenangkan daripada hanya sekedar menghabiskan waktu dengan solat, dzikir, dan amalan-amalan lainnya?
Dan Dulu aku berpikir...
BETAPA TIDAK MUNGKINNYA AKU TERTARIK DENGAN GAYA HIDUP KALIAN
melihat gaya berpakaian kalian saja aku sama sekali tidak tertarik,
apalagi mengikuti deretan rutinitas yang membosankan seperti kalian.
Sungguh saat itu yang terbersit dalam benakku mengenai rutinitas kalian adalah
jalan hidup yang melelahkan...
membosankan..
tidak menarik..
Sok suci dan sok munafik gak tertarik dengan dunia..
Homogen..
Terkungkung...
Ribet..
Gak bebas..
Terintimidasi..
Kuno..
Berpikiran sempit..
Dan aku hampir-hampir tidak yakin bahwa aku tertarik dengan kalian..
sampai pada suatu hari aku IRI dengan kalian..
Berawal dari kenyataan PAHIT bahwa ternyata sebejat-bejatnya pria yang masih normal dan tidak ingin berurusan dengan hukum - paling tidak, tetaplah memilih wanita baik-baik membuat aku benar-benar serius berpikir...
Adakah pria yang mau menikahi seorang pelacur dengan akal sehatnya?
Pertanyaan simpel, tetapi aku mencoba mencari jawabannya yang ternyata sulit juga...
Kutanya satu persatu teman-temanku, jawabannya selalu sama...ENGGAK MAU, kecuali udah tobat.
Aku mencari lagi, kali saja ada satu orang yang mau menikahi pelacur, dengan kondisi perempuan itu masih melacur...
Ternyata NIHIL.. kalaupun ada biasanya itu dari koran dengan headline "SUAMI DIPENJARA KARENA TEGA MENJUAL ISTRINYA KEPADA HIDUNG BELANG"..wah..
Lalu aku kembali bertanya pada diriku sendiri..
Sudahkah aku menghargai diriku sendiri?
Sudahkah aku menghormati diriku sendiri?
Sudahkah aku menyayangi diriku sendiri?
Siapa lagi yang menghargai kita selain diri kita sendiri?
Kitalah yang menentukan hendak menghargai seberapa mahal diri kita..
Entah dengan kisaran harga 1000 rupiah, goceng, 5 juta rupiah, 20 juta rupiah atau mungkin unlimited?
Lalu dimanakah kisaran hargamu?
Oke..aku pilih unlimited..karena aku gak mau ada embel-embel angka untuk menghargai diriku...
Lalu bagaimana caranya agar harga diriku unlimited?
Dan akupun teringat kalian...
Teman-teman yang kokoh menjaga hijabnya
Dibalik kesederhanaan kalian, aku melihat dengan jelas betapa unlimitednya harga kalian.
Berbeda dengan wanita lain yang dengan mudah kutaksir harganya, cukup dilihat dari baju 500 ribu, sepatu 700 ribu, make up 400ribu, dan jika kalian mau mengajaknya berkencan kalian bisa mengajak nonton di bioskop 50 ribu, atau makan di restoran 100 ribu, membelikannya hadiah 200 ribu...mungkin ada yang lebih mahal tetapi aku yakin masih bisa menaksirnya dengan harga rupiah ataupun dollar.
Tetapi kalian..aku sungguh tidak tahu berapa nilai uang untuk mentaksir nilai kalian...baju kalian memang sederhana, hijab kalianpun polos..
Tapi..aku tidak tahu berapa harga untuk mengajak kalian kencan?
Sepertinya kalian tidak tertarik menonton bioskop, ataupun makan malam romantis, dan hadiah-hadiah mahal dari para lelaki...kalian tetap tidak bergeming.
Kalian lebih memilih di rumah, menjaga diri kalian, bersujud setiap waktu sebagai wujud cinta kalian kepadaNYa, melantunkan dzikir dari bibir-bibir kalian sebagai penghibur dalam suka duka...
Dulu yang kukira dengan mengikuti mode, dandanan penuh make up dapat menaikkan harga diriku ternyata salah...
Yang terjadi hanyalah aku menjadi budak mode, berlomba-lomba mempercantik diri untuk mendapatkan lelaki yang hanya melihat kami dari fisiknya saja..dan berpaling ketika kami kelak peyot dan tua renta..
Dulu yang kukira dengan mengejar kontes kecantikan, bintang iklan, model majalah adalah keren dan puncak kejayaan ternyata salah...
Yang terjadi hanyalah kesengsaraan, kesempitan hati, kehampaan dan lelah yang berkepanjangan..
karena tidak ada yang mau mengerti kita yang tengah sedih atau gundah gulana..semua dituntut untuk sempurna, tanpa mau memperhatikan perasaan kami..profesional katanya..
Dulu yang kukira dengan memiliki jabatan dapat menakhlukkan dunia ternyata salah..Yang dirasakan hanya gelisah..
Karena banyaknya yang mengincar kekuasaan..sikut sana..sikut sini...teror..menjadi hidup kami tak tenang untuk menjaga harta-harta kami...menjadi mimpi buruk bagi istri dan anak-anak kami karena harus dikawal dengan penjagaan ketat oleh bodyguard..

"Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun". (An Nisaa' 4 : 77)
"Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal". (Al A'laa 87 : 16-17)

YA ALLAH..
sungguh aku tersadar akan satu hal...
Dulu aku begitu terbius dengan gemerlapnya dunia...Kekayaan, Popularitas, Kekuasaan yang ternyata sungguh murah harganya..
Semuanya masih bisa kutaksir dengan harga..
Dan bagaikan belenggu setan yang tidak dapat lepas darinya..
Aku terjerat dalam lingkaran tanpa ujung...berputar-putar didalamnya tanpa dapat keluar darinya...
YA, aku menjadi budak dunia...
Yang sulit sekali lepas darinya.
Dari hatiku yang paling dalam, aku mengakui sebuah kebenaran hakiki..
Hanya ada 1 jalan yang mampu untuk menyelamatkanku dari rantai yang membelenggu jiwa dan ragaku dari jerat dunia ini...
Yaitu, satu satunya jalan yang telah ditunjukkan oleh AL QURAN menurut pemahaman Rasulullah..dan para sahabat setianya...
Ditengah akal hambaMU yang terbatas,
Dulu, tidak pernah terbersit sedikitpun dalam otakku untuk berpikir mengapa Allah menurunkan AL QURAN sebagai pedoman untuk mengatur sedemikian rupa untuk hambanya...
Tetapi kini aku menyadari, bahwa itulah bukti bahwa Engkau Maha Penyayang..
Dan itu kau tunjukkan dengan menyiapkan jalan satu-satunya untuk dapat melewati sebuah fase kehidupan di dunia..
Dan Kisah ini dimulai ketika Engkau memberi tahuku tentang kemuliaan wanita dengan hijabnya dari balik Kalamullah...
memuliakan wanita dan menjaganya agar kami tidak dapat dinilai dengan dunia..
Menaikkan derajat kami menjadi "manusia", bukan sekedar "barang produk kecantikan" ataupun "barang pajangan" yang mudah disentuh manusia lainnya..
Engkau memberikan kami harga diri yang begitu tidak terbatas...
Dan hanya laki-laki yang mencintaiMU lah yang berhak mendapatkan wanita shalihah...
Sungguh pasangan yang sepadan untuk seorang muslimah yang teguh menjaga Izzahnya...

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya[1232] ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (al Ahzab 33 : 59)

Dan buat kalian yang masih menganggap hijab adalah bentuk ketidakbebasan dan keterbelakangan, dan tidak menyukainya karena ketidaktahuan kalian, lebih baik simpan dulu ucapanmu sampai kamu tahu apa hakikat hijab yang sesungguhnya..

****

Untuk teman-temanku yang selalu menjaga hijabnya..
Untuk teman-temanku yang selalu teguh dengan pendiriannya..
Untuk teman-temanku yang tidak bergeming dengan cemoohan orang..
Untuk teman-temanku yang bertekad untuk berjalan diatas jalan salafush shalih..
Aku ucapkan selamat..
Percayalah..
Tidak ada yang lebih membahagiakan dan menentramkan selain menjadi seorang wanita muslimah..


Taken From THIS SITE

Sebuah Cerita Tentang Cinta

Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan. Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif- nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian. "Mengapa ?", tanya suami saya dengan terkejut. "Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan,"jawab saya.

Suami saya terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak. Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya?

Dan akhirnya suami saya bertanya," Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiran kamu ?"

Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, "Saya punya pertanyaan, jika kau dapat
menemukan jawabannya di dalam perasaan saya, saya akan merubah pikiran saya: Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung. Kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan memetik bunga itu untuk saya ?"

Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan jawabannya besok."

Perasaan saya langsung gundah mendengar responnya.

Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan oret-oretan tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan. ..

"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya."

Kalimat pertama ini menghancurkan perasaan saya. Saya melanjutkan untuk membacanya.

"Kamu selalu pegal-pegal pada waktu ' teman baik kamu ' datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kaki kamu yang pegal."

"Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi aneh, Saya harus membelikan sesuatu yang dapat menghibur kamu di rumah atau meminjamkan lidah saya untuk menceritakan hal-hal lucu yang saya alami."

"Saya selalu merawatmu jika kamu sakit dan membawamu Ke rumah sakit.."

"Kamu selalu lupa akan menaruh sesuatu dan aku senantiasa Mengingatkanmu"

"Di saat kau mengeluh akulah yg setia mendengarkan dan mencoba menghiburmu.."

"Kamu selalu terlalu dekat menonton televisi, terlalu dekat membaca buku,dan itu tidak baik untuk kesehatan mata kamu. Saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kuku kamu dan mencabuti uban kamu, tangan saya akan memegang tangan kamu, membimbing kamu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajah kamu."

"Tetapi Sayang, saya tidak akan mengambil bunga indah yang ada di tebing gunung itu hanya untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air mata kamu mengalir menangisi kematian saya."

"Sayang, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintai kamu lebih dari saya mencintai kamu.
Untuk itu Sayang, jika semua yang telah diberikan tangan saya, kaki saya, mata saya tidak cukup buat kamu, saya tidak bisa menahan kamu untuk mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakan kamu."

Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk terus membacanya...

"Dan sekarang, Sayang, kamu telah selesai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban
ini, dan tetap menginginkan saya untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri di sana menunggu jawaban kamu."

"Jika kamu tidak puas dengan jawaban saya ini, Sayang, biarkan saya masuk untuk membereskan barang- barang saya, dan saya tidak akan mempersulit hidup kamu. Percayalah, bahagia saya adalah bila kamu bahagia."

Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaan saya.

Oh, kini saya tahu,tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintai saya........


Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur- angsur hilang dari perasaan kita, karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita sadari dan bayangkan sebelumnya.

Seringkali yg kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita,& bukan mengharapkan wujud tertentu...

Taken From THIS SITE

Kesalahan Seputar Lailatul Qadar

Berikut ini, kami ketengahkan sebuah karya tulis perihal beberapa kesalahan yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin berkaitan dengan Lailatul Qadar. Makalah yang ditulis oleh Syaikh Masyhur bin Hasan, kami terjemahkan dari Al-Ashalah, Edisi 3/15 Sya’ban 1413 H halaman 76-78. Semoga bermanfaat dan sebagai peringatan bagi kami serta segenap kaum muslimin.

Kesalahan-kesalahan dan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh beberapa kaum muslimin dalam masalah puasa dan shalat tarawih sangat banyak; baik dalam masalah keyakinan, hukum atau perbuatan. Sebagian mengira, bahkan meyakini beberapa masalah yang bukan dari Islam, sebagai rukun Islam. Mereka mengambil sesuatu yang rendah (dalam urusan puasa dan lainnya), sebagai pengganti yang lebih baik, karena mengikuti orang-orang Yahudi. Padahal Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah melarang menyerupai mereka. Bahkan beliau menekankan serta menegaskan, agar (kaum Muslimin) menyelisihi mereka.
Diantara kesalahan ini, ada yang khusus berkaitan dengan lailatul qadar. Kesalahan ini kami bagi menjadi dua bagian.

Pertama : Salah Dalam Berpandangan Dan Berkeyakinan.

Diantaranya:
1. Keyakinan sebagian orang, bahwa lailatul qadar itu memiliki beberapa tanda yang dapat diraih oleh sebagian orang. Lalu orang-orang ini merangkai cerita-cerita khurafat dan khayal. Mereka mengaku melihat cahaya dari langit, atau mereka dibukakan pintu langit dan lain sebagainya.

Semoga Allah merahmati Ibnu Hajar, ketika beliau rahimahullah menyebutkan dalam Fathul Bari 4/266, bahwa hikmah disembunyikannya lailatul qadar, ialah agar timbul kesungguh-sungguhan dalam mencarinya. Berbeda jika malam qadar tersebut ditentukan, maka kesungguhansungguhan hanya sebatas pada malam tertentu itu.

Kemudian Ibnu Hajar menukil riwayat dari Ath-Thabari rahimahullah, bahwa beliau rahimahullah memilih pendapat (yang menyatakan, pent.), semua tanda itu tidaklah harus terjadi. Dan diraihnya lailatul qadar itu tidak disyaratkan harus dengan melihat atau mendengar sesuatu.

Ath Thabari lalu mengatakan,”Dalam hal dirahasiakannya lailatul qadar, terdapat bukti kebohongan orang yang beranggapan, bahwa pada malam itu akan ada hal-hal yang dapat terlihat mata, apa yang tidak dapat terlihat pada seluruh malam yang lain. Jika pernyataan itu benar, tentu lailatul qadar itu akan tampak bagi setiap orang yang menghidupkan malam-malam selama setahun, utamanya malam-malam Ramadhan.”

2. Perkataan sebagian orang, bahwa lailatul qadar itu sudah diangkat (sudah tidak ada lagi, pent). Al Mutawalli, seorang tokoh madzhab Syafi’i dalam kitab At Tatimmah telah menceritakan, bahwa pernyataan itu berasal dari kaum Rafidhah (Syi’ah). Sementara Al Fakihani dalam Syarhul Umdah telah menceritakan, bahwasanya berasal dari madzhab Hanafiyah.

Demikian ini merupakan gambaran rusak dan kesalahan buruk, yang dilandasi oleh pemahaman keliru terhadap sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ada dua orang yang saling mengutuk pada lailatul qadar,
أِنَّّها رُفِعتْ
"Sesungguhnya lailatul qadar itu sudah terangkat"
Pendalilan (kesimpulan) ini terbantah dari dua segi.

a. Para ulama mengatakan, yang dimaksud dengan kata “terangkat”, yaitu terangkat dari hatiku, sehingga aku lupa waktu pastinya; karena sibuk dengan dua orang yang bertengkar ini.

Dikatakan juga (maksud kata terangkat, pent.), yaitu terangkat barakahnya pada tahun itu. Dan maksudnya, bukanlah lailatul qadar itu diangkat sama sekali. Hal itu ditunjukkan oleh hadits yang dikeluarkan Imam Abdur Razaq rahimahullah dalam Mushannaf-nya 4/252, dari Abdullah bin Yahnus, dia berkata,”Aku berkata kepada Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu,‘Mereka menyangka, bahwa lailatul qadar itu sudah diangkat’,” Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata, "Orang yang mengatakan hal itu telah berbuat bohong."

b. Keumuman hadits yang mengandung dorongan untuk menghidupkan malam qadar dan penjelasan tentang keutamaannya.

Seperti hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari rahimahullah dan lainnya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ لَيْلَة القَدرِ أِعيمَا نًا واحتسَابًا غُفِرَلَهُ مَا تَقَدَّّّمَ مِنْ ذَنْبهِ
"Barangsiapa yang shalat pada lailatul qadar karena iman dan karena mengharapkan pahala, maka dia diampuni dosanya yang telah lewat".
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan,”Ketahuilah,bahwa lailatul qadar itu ada. Dan lailalatul qadar itu terlihat. Dapat dibuktikan oleh siapapun yang dikehendaki dari keturunan Adam, (pada) setiap tahun di bulan Ramadhan, sebagaimana telah jelas melalui hadits-hadits ini, dan melalui beritaberita dari orang shalih tentang lailatul qadar. Penglihatan orang-orang shalih tersebut tentang lailatul qadar tidak bisa dihitung.”

Saya (Syaikh Masyhur) mengatakan: Ya, kemungkinan diketahuinya lailatul qadar itu ada. Banyak tanda-tanda yang telah diberitahukan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa lailatul qadar itu, adalah satu malam diantara malam-malam Ramadhan. Dan mungkin, demikian ini maksud perkataan Aisyah radhiyallahu a’nha pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, dan beliau menshahihkannya,
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّّهِ أَرَأَيْت أِنْ عَلِمْتُ أَيَّّ لَيْلةُ الْقَدْر مَا أَقُو لُ فِيهَا
“Aku Katakan,”Wahai Rasulullah, jika aku mengetahui (adanya) malam itu (sebagai) lailatul qadar, apa yang kuucapkan pada malam itu?”
Dalam hadits ini -sebagaimana dikatakan Imam Syaukani rahimahullah dalam Nailul Authar 3/303 terdapat bukti, kemungkinan lailatul qadar dapat diketahui dan (juga bukti, pent.) tentang tetap adanya malam itu.”

Az Zurqani rahimahullah mengatakan dalam syarah Muwaththa’ 2/491, "Barangsiapa yang menyangka, bahwa makna –yang terdapat pada hadits di atas, (yaitu) lailatul qadar sudah diangkat- yakni sudah tidak ada lagi, maka dia keliru. Kalau seandainya benar seperti itu, tentulah kaum muslimin tidak diperintahkan untuk mencarinya. Hal ini dikuatkan oleh kelanjutan hadits,
عَسَى أَنْ يَكُوْنَ خَيْرًا لَكمْ
"Semoga (dirahasiakannya waktu lailatul qadar itu, pent.) [1] menjadi lebih baik bagi kalian".

Karena dirahasiakannya waktu lailatul qadar itu, menyebabkan orang tertuntut untuk melaksanakan qiyamul lail selama satu bulan penuh. Hal ini berbeda jika pengetahuan tentang waktunya dapat diketahui secara jelas".

Kesimpulannya, lailatul qadar tetap ada sampai hari kiamat. Sekalipun penentuan tepatnya kejadian tersebut dirahasiakan, dalam arti, tetap tidak dapat menghilangkan kesamaran dan ketidakjelasan tentang waktunya.

Meskipun pendapat yang rajih (terkuat), bahwa lailatul qadar ada pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dan dalil-dalil menguatkan, bahwasanya dia adalah malam duapuluh tujuh, akan tetapi memastikannya dengan cara yang yakin merupakan perkara sulit. Allahu a’lam.

Kedua : Kesalahan-Kesalahan Dalam Amal Perbuatan Dan Tingkah Laku.
Kesalahan-kesalahan yang dilakukan manusia pada lailatul qadar itu banyak sekali. Hampir tidak ada yang bisa selamat, kecuali yang dipelihara Allah.
Diantaranya,

1. Mencari dan menyelidiki keberadaannya dan tersibukkan dengan mengintai tanda-tanda lailatul qadar, sehingga lalai beribadah ataupun berbuat taat pada malam itu.

Betapa banyak orang-orang yang shalat, kita lihat diantara mereka lupa membaca Al Qur’an, dzikr dan lupa mencari ilmu karena urusan ini. Engkau dapati salah seorang diantara mereka –menjelang terbitnya matahari memperhatikan matahari untuk mengetahui, apakah sinar matahari ini terik ataukah tidak? Mestinya, orang-orang ini memperhatikan pesan yang terdapat pada sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
عَسَى أَنْ يَكُوْنَ خَيْرًا لَكمْ
"Semoga (dirahasiakannya waktu lailatul qadar itu, pent.) menjadi lebih baik bagi kalian".
Dalam hadits ini terdapat isyarat, bahwa malam itu tidak ditentukan. Para ahli ilmu menarik kesimpulan dari sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa dirahasiakannya waktu lailatul qadar itu lebih baik. Mereka mengatakan, “Hikmah dalam hal itu, agar seorang hamba bersungguh-sungguh dan memperbanyak amal pada tiap-tiap malam dengan harapan agar bertepatan dengan lailatul qadar. Berbeda jika lailatul qadar itu (telah) ditentukan. Maka, sungguh amal itu hanya akan diperbanyak (pada) satu malam saja, sehingga ia luput dari beribadah pada malam lainnya, atau berkurang. Bahkan sebagian ahli ilmu mengambil satu faidah dari sabda Nabi Shallallalhu ‘alaihi wa sallam tersebut, bahwa sebaiknya orang yang mengetahui lailatul qadar itu menyembunyikannya -berdasarkan dalil- bahwa Allah Azza wa Jalla telah mentaqdirkan kepada NabiNya Shallallahu ‘alaihi was allam untuk tidak memberitakan ketepatan waktunya. Sedangkan semua kebaikan ada pada apa yang telah ditaqdirkan bagi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka, merupakan sunnah untuk mengikuti beliau dalam hal ini.

Dari uraian di atas, dapat diketahui kekeliruan orang-orang dalam giatnya mereka shalat secara khusus, atau beribadah secara umum pada malam ke duapuluh tujuh, dengan memastikan atau seakan memastikan, bahwa malam itu adalah lailatul qadar, kemudian meninggalkan shalat dan tidak bersungguhsungguh berbuat taat pada malam-malam lainnya.

Persangkaannya, bahwa mereka hanya akan mendapatkan ganjaran ibadah lebih dari seribu bulan ketika menghidupkan malam ini (malam duapuluh tujuh, pent.) saja.

Kekeliruan ini membuat banyak orang melampaui batas dalam berbuat taat pada malam ini. Anda bisa lihat, diantara mereka ada yang tidak tidur, bahkan tidak henti-hentinya shalat dengan memaksakan diri tanpa tidur. Bahkan mungkin ada sebagian yang shalat, lalu memperlama shalatnya, sementara dia berjuang keras melawan kantuknya. Dan sungguh, kami pernah melihat diantara mereka ada yang tidur dalam sujud.

Dalam hal ini, satu sisi merupakan pelanggaran terhadap petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam yang melarang kita melakukan hal itu. Pada sisi lainnya, itu merupakan beban dan belenggu yang telah dihilangkan dari kita -berkat karunia dan nikmatNya Azza wa Jalla .

2. Diantara kesalahan sebagian kaum muslimin pada malam ini, yaitu sibuk mengatur acara, menyampaikan ceramah. Sebagian lagi sibuk dengan nasyid-nasyid dan nyanyian puji-pujian, sehingga lalai berbuatan taat. Anda bisa saksikan, ada orang yang begitu bersemangat, berkeliling ke masjid-masjid dengan menyampaikan berita terkini, serta bagaimana upaya pemecahannya. Itu dilakukan hingga menyebabkan pemanfaatan malam itu keluar dari apa yang dimaksudkan syari’at.

3. Diantara kekeliaruan mereka juga, yaitu mengkhususkan sebagian ibadah pada malam itu seperti shalat khusus lailatul qadar.
Sebagian lagi senantiasa mengerjakan shalat Tasbih secara berjama’ah tanpa hujjah. Sebagian lagi -pada malam ini- melaksanakan shalat hifzhul Qur’an, padahal tidak ada dasarnya.

Pelanggaran-pelanggaran dan kekeliruan yang berkaitan dengan lailatul qadar –yang dilakukan banyak kaum muslimin- sangat beragam dan banyak sekali. Kalau kita kumpulkan dan kita selidiki, maka tentu pembicaraan ini menjadi panjang. Apa yang kami sampaikan disini, baru sebagian kecil saja. (Insya Allah) bermanfaat bagi penuntut ilmu, pendamba kebenaran dan pencari al haq.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun V/1422/2001M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-7574821]. Artikel : www.almanhaj.or.id
________
Footnote
[1]. Syarah shahih Muslim. Bab Fadlu Lailatul Qadar

Taken From THIS SITE

Agar Taaruf Tidak Berbuah Kecewa

Seringkali terjadi di kalangan ikhwan dan akhwat yang sudah siap untuk berumah tangga dan menjalani ta'aruf yang syar'i namun yang terjadi adalah sebuah kekecewaan dan kegagalan di masa ta'aruf. Hal ini terjadi karena kurangnya persiapan dan beberapa faktor eksternal yang kurang mendukung, seperti kurangnya info, tidak seriusnya perantara atau hal yang lainnya.
Diharapkan agar pihak-pihak yang bersangkutan dalam sebuah ta'aruf yang syar'i bagi calon pasangan suami istri (dari wali atau perantara) agar benar-benar memiliki itikad yang baik dan kuat dalam menyukseskan bursa perjodohan yang mereka selenggarakan, tidak perlu kampanye pasang baliho, spanduk dan promosi palsu.. Apalagi sampai masuk dalam kategori "money politic", untuk itu mari kita simak beberapa hal di bawah ini..

*Ikhlas karena Allah Subhanallahu wa ta'ala*

Pernikahan hendaknya diawali dengan niat yang tulus dan bagian dari ibadah kepada Allah Subhanallahu wa ta'ala, serta mengikuti sunnah Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam, karena yang demikian itu akan berakibat baik dan mendapatkan ridha dari Nya.
Allah Subhanallahu wa ta'ala berfirman : 
"Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (Untuk menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan..."(Q.S An-Nur : 32)
Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam bersabda :
"Wahai kaum muda! Barangsiapa diantara kalian telah mampu membiayai pernikahannya, hendaknya ia menikah! Karena ia akan lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan..." (HR. Bukhari 5065, Muslim 1400)
Sehingga diharapkan buah dari keikhlasan ini akan mampu memberikan jalan yang lebih lapang dalam menyusun sebuah rumah tangga yang sakinah, tidak akan berakhir kecuali dengan kebaikan. Imam Ahmad dari Hadist Anas bin Malik radhiyallahu'anhu, ia berkata :
"Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam meminang seorang gadis anshar kepada ayahnya untuk seorang laki-laki yang bernama Julaibib, ia bertubuh pendek dan berwajah buruk. Seolah-olah Al-Anshari (yakni ayah gadis itu) tidak menyukainya, maka si ayah berkata, 'Nanti aku akan bermusyawarah dulu dengan ibunya.' Nabi Shalallahu'alaihi wa sallam berkata, 'Ya kalau begitu!' Maka ia pun mendatangi istrinya dan menyebutkan perkara itu kepadanya. Istrinya menentangnya dengan keras. Maka si gadis itu berkata setelah mendengar pembicaraan kedua orang tuanya, 'Apakah kalian ingin menolah perintah Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam??' Kemudian gadis itu membaca firman Allah Subhanallahu wa ta'ala :
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka." (QS. Al Ahzab : 36)
Maka si gadis itu berkata, "Aku ridha dan menerima apa yang membuat ridha Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam." Maka Rasulullaha shalallahu'alaihi wa sallam pun berdo'a untuknya, "Ya Allah, curahkanlah kebaikan atasnya dan janganlah jadikan sempir kehiduapannya." Maka ia menjadi shahabat anshar yang paling banyak pendapatan dan hartanya. Anas berkata, 'Tidak ada janda yang lebih kaya dari pada dirinya.' Ia telah menjadi janda setelah Julaibin keluar bersama Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam dalam sebuah peperangan.

*Jangan Memasang Target Terlalu Tinggi*

Akhi dan ukhti jangan memasang target sasaran calon suami atau calon istri yang terlalu tinggi, karena hal tersebut hanya akan menyakiti hati dan membuka pintu syaithan untuk merusak benih-benih pernikahan yang syar'i, selain itu dengan terlalu berlebihan dalam berangan-angan akan membuat pelakunya susah mendapatkan calon pendamping hidup yang sesuai dengan yang diharapkan.
Seyogyanya seorang muslim dan muslimah yang bertaqwa kepada Allah Subhanallahu wa ta'ala agar menentukan calon pasangan hidup yang sesuai dengan petunjuk Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam, yakni mengedepankan ilmu agama yang dimilih oleh masing-masing calon pasangan hidup. Bukan hanya memperhatikan masalah fisik, jabatan atau harta seseorang saja, karena hal demikian justru akan membuat rusaknya angan-angan yang dibangun saat mengetahui bahwa fisik, jabatan dan harta tidak mampu mewujudkan kebahagiassn dalam rumah tangga.
Target pasangan hidup yang tinggi (masalah fisik, kedudukan, dan harta) tidak menjamin akan memberikan pasangan hidup yang ideal ketika tidak memiliki aqidah yang syar'i dan keshalihan akhlak, jadi diharapkan tidak ada akhwat atau ikhwan yang terlalu memprioritaskan proporsi fisikis calon pendampingnya kelak, semua itu adalah ciptaan Allah Subhanallahu wa ta'ala dan tidak layak kita merendahkan ciptaan Allah Subhanallahu wa ta'ala.


*Mencari Informasi Yang Akurat*

Agar pasangan yang akan menikah berusaha mengumpulkan informasi yang 'shahih', dengan cara yang sesuai syariat, yakni dengan menanyakan kepada keluarga yang bersangkutan atau perantara yang membantu ta'aruf tersebut. Hal ini tidak termasuk dalam hal ghibah (menggunjing) atau tajassus (mengorek informasi/memata-matai) yang dilarang, asalkan dengan maksud memberikan nasihat dan perhatian, bukan untuk menyakiti orang lain.
Pernikahan syar'i bukanlah hal 'membeli kucing dalam karung' sebagaimana yang sering dituduhkan oleh kalangan juhala (orang-orang yang jahil ilmu agamanya), sehingga mereka (juhala) menggunakan alasan ini untuk menghalalkan pacaran, padahal justru pernikahan yang syar'i mengandung nilai keadilan untuk mengetahui kondisi keadaan seorang wanita yang akan dipinang.
Hal ini sebagaimana sabda Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam kepada Fathimah binti Qais ketika dia meminta pendapat beliau Shalallahu'alaihi wa sallam : 
"Adapun Abu Jahm adalah seorang laki-laki yang tidak pernah meletakkan tongkat dipundaknya (suka memukul), sedangkan Mu'awiyah adalah seorang laki-laki yang fakir dan tidak memiliki harta. Nikahilah olehmu Usamah." (HR. Muslim 1480 , An Nasa'i 3245 dan Abu Dawud 2284)
Dalam hadist shahih di atas, seorang akhwat boleh memilih ikhwan yang akan dinikahkan dengannya sesuai dengan kondisi yang berkenaan dengan hatinya, tentunya dengan nasihat seseorang yang shalih yang mengetahui kondisi akhlak dan agama ikhwan yang bersangkutan. Perlu diperhatikan bahwa menyebutkan aib dan kekurangan yang bersangkutan hanya ketika diperlukan, namun jika tidak diperlukan maka tidak boleh menyebutkannya.
Diharapkan juga bagi seorang wali atau perantara dalam ta'aruf memberikan informasi yang sejujur-jujurnya karena Allah ta'ala, karena sekecil apapun kedustaan itu akan berakibat buruk di kemudian hari dan akan di catat sebagai dosa yang akan dipertanggung jawabkan di akhirat.
Mendapatkan informasi yang benar juga agar seorang ikhwan tidak sampai meminang akhwat yang telah dipinang oleh ikhwan yang lain karena hal tersebut tidak halal baginya, berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam, 
"Dan janganlah seseorang meminang wanita yang masih di pinang oleh saudaranya sampai orang tersebut menikahinya atau meninggalkannya." (HR. Bukhari 5143, Muslim 1413)

*Terima Dia Apa Adanya*

Tidak semua yang datang kepada kita bisa sesuai dengan kehendak hati kita, ada saatnya apa yang kita dapatkan justru jauh di luar bayangan kita, maka terimalah dia calon pendampingmu apa adanya. Seorang akhwat biasanya ketika mencari calon pendamping kadang selalu mempertanyakan berapa penghasilan calon suami perbulannya.
Kasihan ikhwan, tidak mungkin ikhwan harus memasang tanda "akhwat matre dilarang ta'aruf" pada bajunya, fenomena "akhwat matre" juga kadang membuat bursa perjodohan makin carut marut, lebih susah diatur dari pada pengurusan bursa bupati atau lurah. Alasan mencari ikhwan yang 'sekufu' atau sekedar berangan-angan agar bisa hidup enak dan nyaman akan merusak suatu nilai pernikahan yang sesuai sunnah, bahkan sering terjadi saat ta'aruf berubag menjadi puncak kekecewaan setelah memupuk harapan dan bermain dengan angan-angan.
Maka terimalah dia pasanganmu apa adanya, (ada rumah, ada mobil, ada jabatang.... 'afwan terkadang plesetan ini muncul ketika perkataan apa adanya berubah menjadi sebaliknya pada kenyataannya, namun yang membuat akhwat kadang ambil langkah mundur ketika ada perkataan.. "ada istri pertama.." , "tak ingin aku dimadu..!" katanya).
Menerima calon pendamping dengan lapang dada dan apa adanya akan meringankan beban pikiran dan melegakan hati, juga memperkecil kemungkinan terbukanya pintu-pintu syaithan untuk menggagalkan ta'aruf yang sesuai syar'i, perlu diwaspadai bahwa syaithan tidak akan tinggal diam melihat seorang muslin yang berusaha ber'ittiba kepada Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam. Menerima apa adanya calon pasangan juga termasuk sunnah untuk menyegerakan menikah ketika yang bersangkutan sudah siap dan memenuhi syarat.


*Ada Prasangka Kuat bahwa Tawaran (Pinangan) nya akan di Terima*

Setelah melalui pemahaman dan menelaah informasi yang akurat dari wali akhwat atau perantara ikhwan yang bersangkutan kemudian masing-masing pihak dari calon suami dan calon istri yang akan nazhar memiliki kehendak yang kuat untuk menerima ikhwan atau akhwat setelah nazhar, maka dianjurkan untuk melanjutkan ta'aruf ini.
Namun jika setelah menerima informasi ada ganjalan dan sesuatu yang tidak disukai dari salah satu pihak yang nanti akan membuat sebuat ta'aruf berbuah kecewa lebih baik tidak usah nazhar dan tidak perlu diteruskan ta'arufnya, kecuali pihak yang keberatan telah menyatakan kerelaan dan ikhlas atas kekurangan calon pendamping hidupnya.
Dianjurkan juga bagi laki-laki yang berta'aruf dan wanita yang berta'aruf untuk beristikharah dalam masalah ini. Masing-masing dari keduanya beristikharah untuk meminta petunjuk kepada Allah subhanallahu wa ta'ala tentang calon mempelai (saat ta'aruf), tentang waktu pernikahan dan yang lainnya.

Wallahu'alam bishowab.
Penulis : Andi Abu Najwa
Sumber : Bengkel Akhlak Sunnah dan saya salin ulang dari catatan 'Sebuah Awal Perjalanan Menuju Istana Cinta' milik seorang sahabat muslimah..
-Ummu 'Aisyah-

Taken From THIS SITE